Rabu, 06 Mei 2020

Mikrobiologi dan Virologi



 FILARIASIS 


DEFINISI
Filariasis (kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk (aedes, culex, anopheles, dan mansonia) yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.
Filariasis (kaki gajah) digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi, yaitu:
1.    Filariasis Limfatik, yang mempengaruhi system sirkulasi yang memindahkan cairan jaringan dan sel imun (system limfatik). Kebanyakan infeksi Filariasis Limfatik  tidak menunjukkan gejala, tetapi cacing dewasa yang bersarang di sistem limfatik menyebabkan pelebaran dan disfungsi pembuluh limfatik progresif. Disfungsi limfatik ini dapat menyebabkan penyakit limfedema di kaki (kondisi yang disebut kaki gajah/elefantiasis) seperti di skrotum, penis, lengan atau payudara, yang dapat meningkat keparahannya akibat infeksi sekunder.
2.    Filariasis subkutan, menginfeksi area di bawah kulit dan bagian putih dari bola mata.
3.    Filariasis rongga serosa, menginfeksi rongga tubuh namun tidak menyebabkan penyakit.

GAMBARAN / GEJALA KLINIS 
Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis.  
Dalam perjalanan penyakit filariasis bermula dengan adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi :
1.    Masa prepaten  
   Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 3­7 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik amikrofi laremik dan asimtomatik mikrofilaremik.
2.    Masa inkubasi
Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis berkisar antara 8­16 bulan.
3.    Gejala klinik akut
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat amikrofi laremik maupun mikrofilaremik.
­Filariasis bancrofti  pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchids. Adenolimfangitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3­15 hari dan serangan terjadi beberapa kali dalam setahun.
­Filariasis brugia Limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 1­2 X/tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu ­ 3 bulan.
4.    Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10­15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
­Filariasis bancrofti hidrokel paling banyak ditemukan. Di dalam cairan hidrokel ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva atau buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya.
Chyluria terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan.
­Filariasis brugia elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah, sedang ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.  
PARASIT PENYEBAB
Ø Filariasis Limfatik: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori
Ø Filariasis subkutan (bawah jaringan kulit): Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea)
Ø Filariasis rongga serosa (serous cavity): Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi.

IDENTIFIKASI
Proses Penularan Penyakit Kaki Gajah           
Proses penularan penyakit filaria ini dimulai saat nyamuk menggigit dan menghisap darah orang yang mengandung mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut masuk ke dalam paskan pembungkus tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung, dan bersarang di antara otot dada. Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu sekitar satu minggu, larva ini berganti kulit. Tubuh menjadi gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke-10 dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua kalinya sehingga tubuh menjadi panjang dan kurus. Ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif sehingga larva mulai berpindah. Berawal dari rongga perut (abdomen) yang kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Mikrofilaria stadium III inilah yang merupakan bentuk infektif dan dapat masuk menembus kulit ke dalam tubuh manusia saat nyamuk menggigit seseorang. Dari tempat masuknya, mikrofilaria akan langsung menuju ke kelenjar limfa lokal di sekitar tempat masuknya. Di dalam pembuluh limfa inilah, sekitar kurang lebih sembilan bulan, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tubuh menjadi cacing dewasa yang disebut larva stadium IV dan larva stadium V.
Cacing filaria yang sudah dewasa berada di pembuluh limfa, sehingga menyumbat pembuluh limfa dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran limfa (obstruksi). Yang sering terinfeksi itu biasanya kelenjar limfa di daerah lipat paha (selangkangan). Dan sumbatan aliran limfa dapat ditemukan di kedua atau salah satu kaki. Tapi dapat pula terjadi infeksi dan sumbatan pada kelenjar limfa di tempat lain, sehingga tak menutup kemungkinan di kedua tangan pun bisa terjadi.
Penyakit filariasis atau kaki gajah ini merupakan penyakit menahun atau kronis. Cacing dewasa dapat bertahan sampai lebih dari 10 tahun dalam tubuh manusia, di mana pada saat itu mikrofilaria terus menerus terbentuk. Parasit filaria betina dapat menghasilkan lebih dari 10.000 mikrofilaria per hari yang masuk ke dalam pembuluh darah dan siap untuk dihisap oleh nyamuk seperti Aedes, Mansonia, Anopheles, dan Culex.
Gejala-Gejala Penyakit Kaki Gajah
Siapa pun bisa terkena penyakit kronis ini. Setelah terinfeksi mikrofilaria akibat gigitan nyamuk, terdapat tiga kondisi yang mungkin terjadi, yaitu :
1. Tidak ada gejala (asimtomatik). Orang tidak merasa sakit. Tidak ada keluhan apa pun, tapi bisa menularkan mikrofilaria di tubuhnya ke tubuh orang lain.
2. Jika terjadi gejala infeksi akut akibat peradangan. Jadi, ada demam mendadak, nyeri, bengkak, tanda peradangan pada kelenjar limfe.
3. Bentuk infeksi kronis yang banyak ditemukan di masyarakat, yaitu adanya penyumbatan limfa yang dapat menyebabkan pembengkakan di daerah kaki, juga tangan (bila kelenjar limfe di daerah ketiak terkena, sehingga pada wanita dapat pula menyebabkan pembengkakan di payudara). Pada laki-laki, selain pada kaki, daerah genital juga dapat terkena, sehingga terjadi pembengkakan di daerah scrotum (zakar).
Tapi dari ketiga proses tersebut, kondisi pertama paling berbahaya karena tidak memiliki gejala, sehingga orang yang terkena tidak mencari pengobatan, padahal saat itu proses penularan kepada orang lain yang sehat bisa terjadi.

PATOGENESIS
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Filaria mempunyai siklus hidup bifasik dimana perkembangan larva terjadi pada nyamuk (intermediate host) dan perkembangan larva dan cacing dewasa pada manusia (definive host).
Pada nyamuk
     Nyamuk menghisap mikrofilaria bersamaan saat menghisap darah. Dalam beberapa jam mikrofilaria menembus dinding lambung, melepaskan selubung/sarungnya dan bersarang diantara otot-otot toraks. Mula –mula parasit ini memendek menyerupai sosis dan disebut larva stadium 1 (L1). Dalam kurang dari 1 minggu berubah menjadi larva stadium 2 (L2), dan antara hari ke-11 dan 13 L2 berubah menjadi L3 atau larva infektif. Bentuk ini sangat aktif, awalnya bermigrasi ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Pada tubuh penderita
     Infeksi diawali pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva L3 akan keluar dari probosisnya kemudian masuk melalui bekas luka gigitan nyamuk menembus dermis dan bergerak menuju sistem limfe. Larva L3 akan berubah menjadi larva L4 pada hari 9-14 setelah infeksi dan akan mengalami perkembangan menjadi cacing dewasa dalam 6-12 bulan, setelah inseminasi, zigot berkembang menjadi mikrofilaria. Cacing betina dewasa akan melepaskan ribuan mikrofilaria yang yang mempunyai selubung ke dalam sirkulasi limfe lalu masuk ke sirkulasi darah perifer. Cacing betina dewasa aktif bereproduksi selama lebih kurang 5 tahun. Cacing dewasa berdiam di pembuluh limfe dan menyebabkan pembuluh berdilatasi, sehingga memperlambat aliran cairan limfe. Sejumlah besar cacing dewasa ditemukan pada saluran limfe ekstremitas bawah, ekstremitas atas dan genitalia pria.
     Hingga saat ini telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus di Indonesia yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis.
    Patogenesis filariasis sudah diperdebatkan sejak lama, terdapat beberapa hal yang menyebabkan penelitian terhadap terjadinya penyakit ini terhambat. Diduga 4 faktor berperan pada patogenesis filariasis:
1.    cacing dewasa hidup
2.    respon inflamasi akibat matinya cacing dewasa 
3.    infeksi sekunder akibat bakteri mikrofilaria.



PENGOBATAN
Obat Filariasis:
Dietil Karbamazin
Indikasi: Filariasis
Kontra Indikasi: Penyakit hati, ginjal yang berat, kehamilan
Efek Samping: Menyebabkan kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing, mual,muntah
Sediaan: Dietil Karbamazin (generik) tabl. 1000 mg
Cara Penyimpanan: Wadah kedap udara (higroskopis)
Nama Paten: Filarzan (Mecosin)
Usaha pencegahan dan pemberantasannya:
a.  Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua penderita.
b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit Filariasis, misalnya tentang:
- Usaha pencegahan (tidur memakai kelambu).
- Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini dan pengobatan segera.
- Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam usaha pemberantasan penyakit ini.
c.  Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex Fatigans.
d. Pencegahan perkembangan nyamuk dengan menguras bak mandi dan tempat-tempat berair.

DAFTAR PUSTAKA
Murtiati, dkk. 2010. Farmakologi. Yogyakarta: Bakti Husada
Suprihatina, dkk. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Bakti Husada.
Wikipeddia.org/wiki/Filariasis
Penyakitkakigajah.com/
 



1 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^

    Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
    minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)

    BalasHapus

Silakan berkomentar...