FILARIASIS
DEFINISI
Filariasis (kaki gajah) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk (aedes,
culex, anopheles,
dan mansonia) yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.
Filariasis (kaki gajah) digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan
bagian tubuh yang terinfeksi, yaitu:
1. Filariasis Limfatik, yang mempengaruhi system sirkulasi yang
memindahkan cairan jaringan dan sel imun (system limfatik). Kebanyakan
infeksi Filariasis Limfatik tidak menunjukkan gejala, tetapi cacing
dewasa yang bersarang di sistem limfatik
menyebabkan pelebaran dan disfungsi pembuluh limfatik progresif.
Disfungsi limfatik ini dapat menyebabkan penyakit limfedema di kaki (kondisi
yang disebut kaki gajah/elefantiasis) seperti
di skrotum, penis, lengan atau payudara, yang dapat meningkat keparahannya
akibat infeksi sekunder.
2. Filariasis subkutan, menginfeksi area di bawah kulit dan
bagian putih dari bola mata.
3. Filariasis rongga serosa, menginfeksi rongga tubuh namun
tidak menyebabkan penyakit.
GAMBARAN / GEJALA KLINIS
Gejala klinis filariasis
disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi
hiperresponsif berupa occult filariasis.
Dalam perjalanan penyakit filariasis bermula dengan adenolimfangitis akuta berulang dan
berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya tetapi bila diurut
dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi :
1.
Masa prepaten
Masa
prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik
yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak
semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik amikrofi laremik dan asimtomatik mikrofilaremik.
2.
Masa inkubasi
Masa
inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis
berkisar antara 816 bulan.
3.
Gejala klinik akut
Gejala
klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut
dapat amikrofi laremik maupun mikrofilaremik.
Filariasis
bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul
funikulitis, epididimitis dan orchids. Adenolimfangitis inguinal atau aksila,
sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 315
hari dan serangan terjadi beberapa kali dalam setahun.
Filariasis
brugia Limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering
terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd.
Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri dan sering terjadi limfedema pada
pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari.
Serangan dapat terjadi 12 X/tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar
limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan
meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu 3 bulan.
4.
Gejala menahun
Gejala
menahun terjadi 1015 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi.
Gejala menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita
serta membebani keluarganya.
Filariasis
bancrofti hidrokel paling
banyak ditemukan. Di dalam cairan hidrokel ditemukan mikrofilaria. Limfedema
dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva
atau buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran
asalnya.
Chyluria
terjadi tanpa keluhan, tetapi pada
beberapa penderita menyebabkan penurunan berat
badan dan kelelahan.
Filariasis
brugia elefantiasis terjadi
di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah, sedang ukuran pembesaran
ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.
PARASIT PENYEBAB
Ø Filariasis
Limfatik: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori
Ø Filariasis
subkutan (bawah jaringan kulit): Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella
streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea)
Ø Filariasis
rongga serosa (serous cavity): Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi.
IDENTIFIKASI
Proses Penularan Penyakit Kaki Gajah
Proses
penularan penyakit filaria ini dimulai saat nyamuk menggigit dan menghisap
darah orang yang mengandung mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut masuk ke dalam
paskan pembungkus tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung, dan
bersarang di antara otot dada. Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang
disebut larva stadium I. Dalam waktu sekitar satu minggu, larva ini berganti
kulit. Tubuh menjadi gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari
ke-10 dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua kalinya sehingga tubuh
menjadi panjang dan kurus. Ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium
III ini sangat aktif sehingga larva mulai berpindah. Berawal dari rongga perut
(abdomen) yang kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Mikrofilaria
stadium III inilah yang merupakan bentuk infektif dan dapat masuk menembus
kulit ke dalam tubuh manusia saat nyamuk menggigit seseorang. Dari tempat
masuknya, mikrofilaria akan langsung menuju ke kelenjar limfa lokal di sekitar
tempat masuknya. Di dalam pembuluh limfa inilah, sekitar kurang lebih sembilan
bulan, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tubuh menjadi cacing
dewasa yang disebut larva stadium IV dan larva stadium V.
Cacing
filaria yang sudah dewasa berada di pembuluh limfa, sehingga menyumbat pembuluh
limfa dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran limfa (obstruksi). Yang sering
terinfeksi itu biasanya kelenjar limfa di daerah lipat paha (selangkangan). Dan
sumbatan aliran limfa dapat ditemukan di kedua atau salah satu kaki. Tapi dapat
pula terjadi infeksi dan sumbatan pada kelenjar limfa di tempat lain, sehingga
tak menutup kemungkinan di kedua tangan pun bisa terjadi.
Penyakit
filariasis atau kaki gajah ini merupakan penyakit menahun atau kronis. Cacing
dewasa dapat bertahan sampai lebih dari 10 tahun dalam tubuh manusia, di mana
pada saat itu mikrofilaria terus menerus terbentuk. Parasit filaria betina
dapat menghasilkan lebih dari 10.000 mikrofilaria per hari yang masuk ke dalam
pembuluh darah dan siap untuk dihisap oleh nyamuk seperti Aedes, Mansonia,
Anopheles, dan Culex.
Gejala-Gejala Penyakit Kaki Gajah
Siapa pun bisa
terkena penyakit kronis ini. Setelah terinfeksi mikrofilaria akibat gigitan
nyamuk, terdapat tiga kondisi yang mungkin terjadi, yaitu :
1. Tidak ada gejala (asimtomatik). Orang tidak merasa sakit. Tidak
ada keluhan apa pun, tapi bisa menularkan mikrofilaria di tubuhnya ke tubuh
orang lain.
2. Jika terjadi gejala infeksi akut akibat peradangan. Jadi, ada
demam mendadak, nyeri, bengkak, tanda peradangan pada kelenjar limfe.
3. Bentuk infeksi kronis yang banyak ditemukan di masyarakat,
yaitu adanya penyumbatan limfa yang dapat menyebabkan pembengkakan di daerah
kaki, juga tangan (bila kelenjar limfe di daerah ketiak terkena, sehingga pada
wanita dapat pula menyebabkan pembengkakan di payudara). Pada laki-laki, selain
pada kaki, daerah genital juga dapat terkena, sehingga terjadi pembengkakan di
daerah scrotum (zakar).
Tapi dari
ketiga proses tersebut, kondisi pertama paling berbahaya karena tidak memiliki
gejala, sehingga orang yang terkena tidak mencari pengobatan, padahal saat itu
proses penularan kepada orang lain yang sehat bisa terjadi.
PATOGENESIS
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing
filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Filaria
mempunyai siklus hidup bifasik dimana perkembangan larva terjadi pada nyamuk
(intermediate host) dan perkembangan larva dan cacing dewasa pada manusia
(definive host).
Pada nyamuk
Nyamuk menghisap mikrofilaria bersamaan saat menghisap
darah. Dalam beberapa jam mikrofilaria menembus dinding lambung, melepaskan
selubung/sarungnya dan bersarang diantara otot-otot toraks. Mula –mula parasit
ini memendek menyerupai sosis dan disebut larva stadium 1 (L1). Dalam kurang
dari 1 minggu berubah menjadi larva stadium 2 (L2), dan antara hari ke-11 dan
13 L2 berubah menjadi L3 atau larva infektif. Bentuk ini sangat aktif, awalnya
bermigrasi ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Pada tubuh penderita
Infeksi diawali pada saat nyamuk infektif menggigit manusia,
maka larva L3 akan keluar dari probosisnya kemudian masuk melalui bekas luka
gigitan nyamuk menembus dermis dan bergerak menuju sistem limfe. Larva L3 akan
berubah menjadi larva L4 pada hari 9-14 setelah infeksi dan akan mengalami
perkembangan menjadi cacing dewasa dalam 6-12 bulan, setelah inseminasi, zigot berkembang
menjadi mikrofilaria. Cacing betina dewasa akan melepaskan ribuan mikrofilaria
yang yang mempunyai selubung ke dalam sirkulasi limfe lalu masuk ke sirkulasi
darah perifer. Cacing betina dewasa aktif bereproduksi selama lebih kurang 5
tahun. Cacing dewasa berdiam di pembuluh limfe dan menyebabkan pembuluh
berdilatasi, sehingga memperlambat aliran cairan limfe. Sejumlah besar cacing
dewasa ditemukan pada saluran limfe ekstremitas bawah, ekstremitas atas dan
genitalia pria.
Hingga saat ini telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari
5 genus di Indonesia yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan Armigeres yang
menjadi vektor filariasis.
Patogenesis filariasis sudah diperdebatkan sejak lama,
terdapat beberapa hal yang menyebabkan penelitian terhadap terjadinya penyakit
ini terhambat. Diduga 4 faktor berperan pada patogenesis filariasis:
1. cacing dewasa hidup
2. respon inflamasi akibat matinya cacing dewasa
3. infeksi sekunder akibat bakteri mikrofilaria.
PENGOBATAN
Obat Filariasis:
Dietil
Karbamazin
Indikasi:
Filariasis
Kontra Indikasi: Penyakit hati, ginjal yang berat,
kehamilan
Efek Samping: Menyebabkan
kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing, mual,muntah
Sediaan: Dietil Karbamazin
(generik) tabl. 1000 mg
Cara
Penyimpanan: Wadah kedap udara
(higroskopis)
Nama Paten: Filarzan (Mecosin)
Usaha pencegahan dan pemberantasannya:
a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua
penderita.
b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
Filariasis, misalnya tentang:
- Usaha pencegahan (tidur memakai kelambu).
- Perlunya mengenal gejala penyakit secara
dini dan pengobatan segera.
- Agar setiap anggota masyarakat turut aktif
dalam usaha pemberantasan penyakit ini.
c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex Fatigans.
d. Pencegahan perkembangan nyamuk dengan menguras bak mandi dan
tempat-tempat berair.
DAFTAR PUSTAKA
Murtiati, dkk. 2010. Farmakologi. Yogyakarta: Bakti Husada
Suprihatina, dkk. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:
Bakti Husada.
Wikipeddia.org/wiki/Filariasis
Penyakitkakigajah.com/